1). Analisis
Video Mengenai Tawuran Pelajar
Tawuran antar pelajar
akhir-akhir ini memang marak terjadi, kata tawuran sudah tidak asing lagi
dikalangan pelajar, terutama dikalangan pelajar SMA, tawuran pun tidak hanya
terjadi dikota-kota besar saja, tapi di desa pun tawuran pelajar kerap terjadi.
Tawuran sepertinya sudah berubah menjadi satu hobi dan kebiasaan yang menjadi
warisan turun temurun dan sangat sulit dihentikan.Tawuran sulit dihentikan
karena tawuran diturunkan dari kakak kelas kepada adik kelasnya, dengan
ditunjang dengan kurangnya pengawasan dari pihak sekolah. Akan tetapi dikarenakan
tawuran biasanya terjadi setelah sekolah usai, banyak sekolah berpendapat bahwa
itu bukan lagi wewenang dari pihak sekolah, karena tawuran terjadi di luar jam
pelajaran, padahal hal itu salah besar. Pihak
sekolah seharusnya berperan amat besar dalam mencegah tawuran tersebut, karena
kebanyakan tawuran terjadi disebabkan oleh masalah sepele yang sudah lama
(berlarut-larut) antara pelajar suatu sekolah dengan pelajar sekolah lain.
Dalam video tersebut
terlihat bahwa dua kelompok pelajar saling kejar mengejar di area umum
yakni jalan raya, mereka sama sekali tidak memperdulikan
keselamatan jiwa orang lain dan bahkan dirinya sendiri. Saling melempar batu, memukul
dengan menggunakan bambu dan yang lebih parah mereka pun menggunakan berbagai macam senjata tajam.
Menurut saya, pelajar yang sering terlibat tawuran itu terjadi karena mereka belum
memenuhi dan mencapai tujuan pendidikan yang seharusnya. Menurut klasifikasi
hasil/tujuan belajar Teori Taksonomi Bloom (Benyamin Bloom - 1956) tujuan
pendidikan terbagi ke dalam 3 aspek yakni Kognitif (pengetahuan dan
keterampilan berfikir), Afektif (sikap, emosi dan minat) serta Psikomotor
(keterampilan motorik). Dan yang paling berperan dalam menerapkan ketiga aspek
tersebut kepada pelajar adalah pihak sekolah dengan dibantu oleh keluarga terutama
orang tua. Pihak sekolah harus berkerja sama dengan orang tua untuk dapat
mewujudkan ketiga aspek tersebut. Tawuran memang sangat sulit dihentikan, akan
tetapi menurut saya tawuran bisa dicegah. Dalam segi kognitif yang mana dalam hal ini siswa dituntut untuk
dapat memiliki berbagai macam pengetahuan seharusnya bukan hanya pengetahuan
yang merujuk pada akademiknya saja, akan tetapi harus seimbang dengan
pengetahuan mengenai kehidupan sehari-hari, selain itu tawuran bisa di cegah
dengan cara memberikan pengetahuan kepada siswa seperti materi mengenai
bahayanya tawuran, kerugian jika kita melakukan tawuran, serta materi-materi
lain yang berhubungan dengan tawuran, selain itu pendidikan agama dan moral pun
harus lebih ditingkatkan. Selain aspek kognitif, yang lebih penting dalam upaya
mencegah terjadinya tawuran adalah harus terwujudnya aspek afektif dan
psikomotor. Dalam segi afektif yang berkaitan dengan minat dan sikap, maka
dalam diri siswa harus tertanam bahwa tawuran itu merupakan sesuatu yang harus
dihindari dan dijauhi serta harus ditingkatkannya pendidikan karakter yang
mendorong siswa untuk selalu berkelakuan baik. Dan dalam segi psikomotor, tawuran
dapat dicegah dengan cara mengembangkan bakat dan kreatifitas siswa sesuai
dengan kemampuan dan keinginan mereka, dan untuk itu harus ada kegiatan
ekstrakurikuler yang menampung dan menunjang bakat mereka. Contohnya, untuk
menampung minat siswa yang senang berkelahi, sekolah bisa membuat suatu
ekstrakurikuler yang bisa mengembangkan minat mereka secara sehat misalnya
eksul silat atau semacamnya. Dan sekolah pun harus bertindak tegas jika ada
siswanya yang melakukan tawuran, sanksi harus sesuai dengan perbuatan yang
mereka lakukan.
Selain itu, peran
orang tua juga sangat penting dalam mencegah terjadinya tawuran, orang tua
harus selalu menjaga, menyayangi, memperhatikan dan memantau kegiatan anaknya
sehari-hari, terutama jika sekolah telah usai. Mereka harus senantiasa memantau
kegiatan-kegiatan anaknya di luar rumah, apa saja yang mereka lakukan? Siapa
saja teman-teman mereka dan bagaimana kondisi lingkungan tempat mereka
bermain?, orang tua pun harus selalu menasihati anaknya agar mereka tidak
terjerumus kepada pergaulan yang tidak baik.
2). Analisis
Video Mengenai Anak Jalanan “Ngelem” (Menghirup Lem)
Dari sumber yang
telah saya baca (kompasiana.com/post/metro/2012/01/09), kebiasaan anak jalanan ngelem ternyata sudah
ada sejak lama, ngelem ini merupakan kegiatan dimana si penghirup menghirup uap
lem, yang mana kegiatan tersebut membahayakan si penghirupnya, karena dalam lem
terkandung zat-zat yang berbahaya untuk tubuh si penghirup. Sama halnya seperti
narkoba efek ngelem ini dapat membuat si pengguna merasa “fly”, resiko ngelem
yaitu dapat menyerang susunan saraf di otak sehingga dapat menimbulkan
kecanduan dan merusak otak dan yang lebih parah adalah si pengguna bisa mati
mendadak.
Dalam video telihat
dua anak kecil yang sedang ngelem di pinggir jalan, mereka seolah tidak
memperdulikan sekeliling mereka, bahkan mereka malah terlihat senang mereka direkam.
Di tangannya masing-masing mereka menggenggam satu kaleng lem, kadang mereka
menghirup lem tersebut. Menurut saya, faktor yang menyebabkan mereka ngelem
adalah karena banyak faktor. Baik faktor dari dalam diri mereka sendiri ataupun
faktor dari luar diri mereka. Faktor yang paling menonjol adalah faktor
lingkungan, yang mana kebanyakan anak yang ngelem adalah anak-anak jalanan yang
memang pergaulannya sangat bebas. Faktor lain adalah faktor ekonomi yang
menyebabkan kebanyakan anak-anak jalanan tidak sekolah, maka dari itu mereka
tidak mendapatkan pendidikan dan pengetahuan yang memadai yang bisa mencegah
mereka agar mereka tidak melakukan kegiatan ngelem tersebut. Ngelem sangat
berbahaya bagi kesehatan, untuk itu kebiasaan tersebut harus ditanggulangi, dan
yang harus berperan besar dalam menanggulangi masalah tersebut adalah
pemerintah. Sebagaimana tertera dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 yang berisi
“fakir miskin dan anak terlantar di pelihara oleh negara”. Pemerintah dengan dibantu oleh aktivis harus
membuat suatu wadah dimana anak jalanan di tampung dan di beri kegiatan yang lebih bermanfaat, contohnya membuat suatu
sanggar untuk mereka mengembangkan bakat dan minat mereka. Dan harus ada
pendekatan secara emosional dengan anak-anak jalanan tersebut, bukan dengan
cara mengejar-ngejar dan menangkap mereka kemudian mereka dipukuli. Karena
menurut saya, jika kita memperlakukan mereka dengan keras, mereka akan lebih
keras dari kita.
Selain pemerintah
orang tua pun tak kalah penting dalam menanggulangi masalah ini, orang tua
sebagai orang yang paling dekat dengan anak harus selalu menjaga anaknya agar
terhindar dari pergaulan yang tidak baik. Orang tua harus selalu membekali
anaknya dengan nasihat dan ilmu agama yang kuat sedari mereka kecil, karena apa
yang terjadi dimasa depan tidak lepas dari pengalaman dimasa kecil.