Senin, 10 Juni 2013

Problema Masuk dan Persebaran Islam di Indonesia



Ada beberapa pendapat mengenai proses penyebaran Islam di Indonesia. Menurut Ricklefs, proses  penyebaran Islam dilakukan dengan dua proses. Pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang asing (Arab, India, Persia, dan lain-lain) yang telah memeluk agama Islam bertempat tinggal secara permanen di suatu wilayah Indonesia, melakukan perkawinan campuran dan mengikuti gaya hidup lokal sehingga ajaran Islam dengan mudah masuk dalam kehidupan pribumi (orang Indonesia). Perkembangan berikutnya penyebaran Islam dilakukan melalui pertunjukan kesenian, diplomasi politik dengan penguasa setempat, membuka lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren, dan tasawuf.
Agama dan kebudayaan Islam mengalami perkembangan yang cukup pesat di wilayah Indonesia. Perkembangan ini berawal dari masyarakat Indonesia yang berada di daerah pesisir pantai. Dari daerah pesisir pantai inilah, agama dan kebudayaan Islam dikembangkan ke daerah pedalaman oleh para ulama. Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan di Indonesia, para ahli menafsirkan bahwa agama dan kebudayaan islam diperkirakan masuk ke Indonesia pada sekitar abad ke 7 M, yaitu pada masa kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Penafsiran para ahli ini diperkuat dengan berita-berita pada masa itu telah terdapat pedagang-pedagang Arab yang melakukan aktifitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya, bahkan mereka telah memiliki perkampungan tempat tinggal sementara dipusat Kerajaan Sriwijaya.
Pendapat lain membuktikan bahwa agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia dibawa oleh para pedagang Islam dari Gujarat (India). Hal ini dilihat dari penemuan unsur-unsur Islam di Indonesia yang memiliki persamaan dengan India seperti batu nisan yang dibuat oleh orang-orang Kambay, Gujarat.
Berdasarkan bukti-bukti ini para ahli membuat sebuah kesimpulan bahwa agama dan kebudayaan Islam telah masuk ke Indonesia pada abad ke 7 M dibawa para pedagang dari Arab. Persia dan India (Gujarat) dan berkembang secara nyata sekitar abad ke 13 M.
Penyebaran Islam di Indonesia dilakukan melalui perdagangan, perkawinan, politik, kesenian, pendidikan, dan tasawuf.
1.      Perdagangan
Sejak abad ke 7 M para pedagang Islam dari Arab, Persia dan India secara tidak langsung telah ikut menyampaikan dan mengajarkan agama dan budaya Islam kepada orang lain termasuk masyarakat Indonesia.
2.      Perkawinan
Para pedagang Islam menjalin hubungan baik dengan kaum pribumi dan terkadang diteruskan dengan adanya perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang islam.
3.      Politik
Pengaruh kekuasaan seorang raja sangat besar peranannya dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Setelah tersosialisasinya agama islam, maka kepentingan politik dilakukan melalui perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti pula dengan penyebaran agama Islam. Contohnya, Sultan Demak mengirimkan pasukannya untuk menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkanuntuk menyebarkan agama Islam. Pasukan itu dipimpin oleh Fatahillah.
4.      Pendidikan
Para ulama, guru-guru, ataupun para Kyai juga memiliki peranan yang cukup penting dalam penyebarkan agama dan budaya Islam. Meraka menyebarkan agama Islam melalui bidang pendidikan, yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
5.      Kesenian
Saluran kesenian dapat dilakukan dengan mengadakan pertunjukkan seni gamelan seperti yang terjadi di Yogyakarta, Solo, Cirebon, dan lain-lain. Seni gamelan ini dapat mengundang masyarakat untuk berkumpul dan selanjutnya dilaksankan dakwah-dakwah keagamaan. Disamping seni gamelan juga terdapat seni wayang. Melalui cerita-cerita wayang itu para ulama menyisipkan ajaran agama Islam. Contohnya: Sunan Kalijaga memanfatkan seni wayang untuk proses Islamisasi.
6.      Tasawuf
Para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha untuk menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama ditengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf ini biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu kehidupan masyarakat, diantaranya ahli dalam menyembuhkan penyakit. Penyebaran agama-agama islam yang mereka lakukan disesuaikan dengan kondisi, dalam pikiran, dan budaya masyarakat pada masa itu, sehingga ajaran-ajaran Islam dapat mudah diterima oleh masyarakat. Contoh ahli tasawwuf antara lain Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung di Jawa.

Islam dapat diterima dan berkembang pesat sejak sekitar abad ke 13 M. Alasanya adalah sebagai berikut :
1)      Islam merupakan agama yang bersifat terbuka karena penyebaran islam dilakukan secara damai dan tanpa paksaan.
2)      Islam tidak membedakan kedudukan seseorang dalam masyarakat.
3)      Acara ritual dalam agama Islam dilakukan dengan sangat sederhana.
4)      Ajaran Islam berupaya untuk menciptakan kesejahteraan kehidupan masyarakat dengan adanya kewajiban zakat bagi yang memiliki harta.

Selain para pedagang, raja, bangsawan dan para penguasa lainnya, proses penyebaran Islam di Indonesia pun tidak lepas dari peranan besar para ulama yang tergabung dalam kelompok para wali, yang dikenal dengan nama “Wali Songo” atau Wali Sembilan, yang terdiri dari : Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan Sunan Gunung jati. Dalam menyebarkan ajaran islam, para wali ini menyebar di seluruh Indonesia terutama Pulau jawa.
Problema atau hambatan dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia, di sebabkan oleh:
1)      Masyarakat Indonesia pada masa itu masih kental dengan pengaruh agama Hindu.
Seperti yang kita ketahui, setelah zaman prasejarah berakhir, di Indonesia lahir kebudayaan baru. Kebudayaan tersebut ditandai dengan datangnya orang-orang India sebagai pembawa kebudayaan Hindu yang membawa pengaruh dan menyebabkan perubahan cara hidup masyarakat Indonesia baik dalam tatacara hidup kemasyarakatan, perekonomian, dan keagamaan.
2)      Masyarakat Indonesia pada masa itu umumnya masih menganut kepercayaan kepada nenek moyang ( Animisme )




DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Said. H, Materi pokok pendidikan IPS 2, Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1996.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Terima kasih! :D

Posting Komentar