Kamis, 30 Mei 2013

Analisis Video



1). Analisis Video Mengenai Tawuran Pelajar

Tawuran antar pelajar akhir-akhir ini memang marak terjadi, kata tawuran sudah tidak asing lagi dikalangan pelajar, terutama dikalangan pelajar SMA, tawuran pun tidak hanya terjadi dikota-kota besar saja, tapi di desa pun tawuran pelajar kerap terjadi. Tawuran sepertinya sudah berubah menjadi satu hobi dan kebiasaan yang menjadi warisan turun temurun dan sangat sulit dihentikan.Tawuran sulit dihentikan karena tawuran diturunkan dari kakak kelas kepada adik kelasnya, dengan ditunjang dengan kurangnya pengawasan dari pihak sekolah. Akan tetapi dikarenakan tawuran biasanya terjadi setelah sekolah usai, banyak sekolah berpendapat bahwa itu bukan lagi wewenang dari pihak sekolah, karena tawuran terjadi di luar jam pelajaran, padahal hal itu salah besar.  Pihak sekolah seharusnya berperan amat besar dalam mencegah tawuran tersebut, karena kebanyakan tawuran terjadi disebabkan oleh masalah sepele yang sudah lama (berlarut-larut) antara pelajar suatu sekolah dengan pelajar sekolah lain.
Dalam video tersebut terlihat bahwa dua kelompok pelajar saling kejar mengejar di area umum yakni  jalan raya,  mereka sama sekali tidak memperdulikan keselamatan jiwa orang lain dan bahkan dirinya sendiri. Saling melempar batu, memukul dengan menggunakan bambu dan yang lebih parah mereka pun  menggunakan berbagai macam senjata tajam. Menurut saya, pelajar yang sering terlibat tawuran itu terjadi karena mereka belum memenuhi dan mencapai tujuan pendidikan yang seharusnya. Menurut klasifikasi hasil/tujuan belajar Teori Taksonomi Bloom (Benyamin Bloom - 1956) tujuan pendidikan terbagi ke dalam 3 aspek yakni Kognitif (pengetahuan dan keterampilan berfikir), Afektif (sikap, emosi dan minat) serta Psikomotor (keterampilan motorik). Dan yang paling berperan dalam menerapkan ketiga aspek tersebut kepada pelajar adalah pihak sekolah dengan dibantu oleh keluarga terutama orang tua. Pihak sekolah harus berkerja sama dengan orang tua untuk dapat mewujudkan ketiga aspek tersebut. Tawuran memang sangat sulit dihentikan, akan tetapi menurut saya tawuran bisa dicegah. Dalam segi kognitif  yang mana dalam hal ini siswa dituntut untuk dapat memiliki berbagai macam pengetahuan seharusnya bukan hanya pengetahuan yang merujuk pada akademiknya saja, akan tetapi harus seimbang dengan pengetahuan mengenai kehidupan sehari-hari, selain itu tawuran bisa di cegah dengan cara memberikan pengetahuan kepada siswa seperti materi mengenai bahayanya tawuran, kerugian jika kita melakukan tawuran, serta materi-materi lain yang berhubungan dengan tawuran, selain itu pendidikan agama dan moral pun harus lebih ditingkatkan. Selain aspek kognitif, yang lebih penting dalam upaya mencegah terjadinya tawuran adalah harus terwujudnya aspek afektif dan psikomotor. Dalam segi afektif yang berkaitan dengan minat dan sikap, maka dalam diri siswa harus tertanam bahwa tawuran itu merupakan sesuatu yang harus dihindari dan dijauhi serta harus ditingkatkannya pendidikan karakter yang mendorong siswa untuk selalu berkelakuan baik. Dan dalam segi psikomotor, tawuran dapat dicegah dengan cara mengembangkan bakat dan kreatifitas siswa sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka, dan untuk itu harus ada kegiatan ekstrakurikuler yang menampung dan menunjang bakat mereka. Contohnya, untuk menampung minat siswa yang senang berkelahi, sekolah bisa membuat suatu ekstrakurikuler yang bisa mengembangkan minat mereka secara sehat misalnya eksul silat atau semacamnya. Dan sekolah pun harus bertindak tegas jika ada siswanya yang melakukan tawuran, sanksi harus sesuai dengan perbuatan yang mereka lakukan.
Selain itu, peran orang tua juga sangat penting dalam mencegah terjadinya tawuran, orang tua harus selalu menjaga, menyayangi, memperhatikan dan memantau kegiatan anaknya sehari-hari, terutama jika sekolah telah usai. Mereka harus senantiasa memantau kegiatan-kegiatan anaknya di luar rumah, apa saja yang mereka lakukan? Siapa saja teman-teman mereka dan bagaimana kondisi lingkungan tempat mereka bermain?, orang tua pun harus selalu menasihati anaknya agar mereka tidak terjerumus kepada pergaulan yang tidak baik.

2). Analisis Video Mengenai Anak Jalanan “Ngelem” (Menghirup Lem)
Dari sumber yang telah saya baca (kompasiana.com/post/metro/2012/01/09),  kebiasaan anak jalanan ngelem ternyata sudah ada sejak lama, ngelem ini merupakan kegiatan dimana si penghirup menghirup uap lem, yang mana kegiatan tersebut  membahayakan si penghirupnya, karena dalam lem terkandung zat-zat yang berbahaya untuk tubuh si penghirup. Sama halnya seperti narkoba efek ngelem ini dapat membuat si pengguna merasa “fly”, resiko ngelem yaitu dapat menyerang susunan saraf di otak sehingga dapat menimbulkan kecanduan dan merusak otak dan yang lebih parah adalah si pengguna bisa mati mendadak.
Dalam video telihat dua anak kecil yang sedang ngelem di pinggir jalan, mereka seolah tidak memperdulikan sekeliling mereka, bahkan mereka malah terlihat senang mereka direkam. Di tangannya masing-masing mereka menggenggam satu kaleng lem, kadang mereka menghirup lem tersebut. Menurut saya, faktor yang menyebabkan mereka ngelem adalah karena banyak faktor. Baik faktor dari dalam diri mereka sendiri ataupun faktor dari luar diri mereka. Faktor yang paling menonjol adalah faktor lingkungan, yang mana kebanyakan anak yang ngelem adalah anak-anak jalanan yang memang pergaulannya sangat bebas. Faktor lain adalah faktor ekonomi yang menyebabkan kebanyakan anak-anak jalanan tidak sekolah, maka dari itu mereka tidak mendapatkan pendidikan dan pengetahuan yang memadai yang bisa mencegah mereka agar mereka tidak melakukan kegiatan ngelem tersebut. Ngelem sangat berbahaya bagi kesehatan, untuk itu kebiasaan tersebut harus ditanggulangi, dan yang harus berperan besar dalam menanggulangi masalah tersebut adalah pemerintah. Sebagaimana tertera dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 yang berisi “fakir miskin dan anak terlantar di pelihara oleh negara”.  Pemerintah dengan dibantu oleh aktivis harus membuat suatu wadah dimana anak jalanan di tampung dan di beri kegiatan yang  lebih bermanfaat, contohnya membuat suatu sanggar untuk mereka mengembangkan bakat dan minat mereka. Dan harus ada pendekatan secara emosional dengan anak-anak jalanan tersebut, bukan dengan cara mengejar-ngejar dan menangkap mereka kemudian mereka dipukuli. Karena menurut saya, jika kita memperlakukan mereka dengan keras, mereka akan lebih keras dari kita.
Selain pemerintah orang tua pun tak kalah penting dalam menanggulangi masalah ini, orang tua sebagai orang yang paling dekat dengan anak harus selalu menjaga anaknya agar terhindar dari pergaulan yang tidak baik. Orang tua harus selalu membekali anaknya dengan nasihat dan ilmu agama yang kuat sedari mereka kecil, karena apa yang terjadi dimasa depan tidak lepas dari pengalaman dimasa kecil.